Senin, 07 Desember 2009

REFLEKSI KEKALAHAN BAHASA SEHAT DALAM PENYERANGAN BAHASA SAKIT

REFLEKSI KEKALAHAN BAHASA SEHAT DALAM PENYERANGAN BAHASA SAKIT
oleh Rahmah Purwahida
NIM. 09706251019
LT – A
PROGRAM PASCA SARJANA UNY


Panglima Bahasa Sehat:
Lelah ku dengan peperangan. Serangan demi serangan Panglima Bahasa Sakit memasuki medan terakhir pertahananku, medan bahasa Para Belia. Oh mereka bantai tanpa kenal usia. Medan bahasa Para Belia yang telah mencapai tahap kompetensi kemenangan lengkap, kini akhirnya remuk juga.

Sudah terlalu lama ku tidak belajar dari kesalahan. Ku terlalu mempercayai para Belia yang sesungguhnya masih menjadi tanggungjawabku. Inilah kesalahanku sebenar-benar kesulitanku. Kini saatnya ku harus temui Sang Maha Panglima.

Sang Maha Panglima:
Apakah gerangan kedatanganmu Nanda?

Panglima Bahasa Sehat:
Wahai Sang Maha Panglima apakah sesungguhnya yang terjadi pada para Belia?

Sang Maha Panglima:
Medan para Belia haruslah didukung oleh ketangguhan kognitif yang juga harus mencapai gerbang operasional formal. Sejalan dengan perkembangan pembangunan gerbang kognitif para Belia mulai mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip peperangan formal pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan rencana peperangan dengan ilmu komperhensif yang para Belia miliki, membandingkan secara kritis antara fakta peperangan dan impian peperangan mereka. Itulah yang dibutuhkan.

Panglima Bahasa Sehat:
Aku tak yakin bisa menghadirkan ketangguhan kognitif bagi mereka sebab sejatinya ketangguhan kognitif mereka adalah yang mereka hadirkan sendiri bagi mereka.

Sang Maha Panglima:
Perjalanan para Belia dalam dunia peperangan sesungguhnya berada pada fase pencarian jati diri, ada tahapan kemampuan berperang para belia mengendur karena memudarnya ketangguhan mereka sehingga para Belia lupa norma peperangan umum. Bila yang demikian terlaksana maka semakin memudarlah kemenanganmu.

Panglima Bahasa Sehat:
Aku terpana pada kehadiran-kehadiaran ketaatanmu pada normamu wahai Sang Maha Guru.[rT]

Means of Global: Infor Terkini Des 2009

Means of Global: Infor Terkini Des 2009

Minggu, 06 Desember 2009

Means of Global: Infor Terkini Des 2009

Means of Global: Infor Terkini Des 2009

REFLEKSI ONTOLOGI DIRI

REFLEKSI ONTOLOGI DIRI
oleh Rahmah Purwahida
NIM. 09706251019
LT – A
PROGRAM PASCA SARJANA UNY


Kita semua pada hakikatnya adalah seorang pelajar, disadari maupun tidak. Mulai dari kecil kita telah menjadi seorang pembelajar sejati. Belajar mengenal bahasa ibu, dan mempraktekkannya; belajar mengenai gerakan, dan melakukannya; belajar mengenal alam, dan memakmurkannya; dan belajar-belajar yang lain.

Ketika beranjak dewasa, kitapun terus belajar. Belajar mengenali perubahan fungsi dan tanggung jawab, dan belajar tuk menjadi seorang yang berkepribadian matang. Mengenali dan mempelajari perubahan fungsi dan tanggung jawab ketika beralih peran dari seorang pelajar ke seorang pekerja, dari seorang bujangan/gadis kepada seorang suami/istri, dan belajar dari hanya seorang suami menjadi seorang suami plus ayah bagi anak-anak.

Terkadang proses pembelajaran itu sering terjadi tanpa kita sadari, sering tidak kita mengerti bahwa sesungguhnya kita telah dan harus melewati proses pembelajaran. Manusia terus berproses, dunia terus berputar, dan lingkungan kita pun terus berubah, satu-satunya cara tuk bisa terus bertahan dan menjadi sukses adalah dengan belajar.

Belajar bukan hanya di bangku-bangku kelas tetapi juga di lingkungan kita, dalam kehidupan keseharian, dan dengan orang-orang yang mungkin tidak memiliki gelar guru ataupun dosen, dan bisa saja belajar dari benda mati dan dari pengamatan terhadap keadaan sekitar. Dunia ini adalah sekolah besar, universita kehidupan, sekolah kehidupan. Dan kita ini pada dasarnya adalah pelajar, pelajar sekolah kehidupan.

Sadarilah kita adalah pembelajar.
Jangan pernah puas dengan apa yang kita miliki sekarang, jangan pernah merasa cukup dengan apa yang kita miliki sekarang. Seorang pelajar seharusnya terus merasa haus dengan ilmu dan terus menerus belajar. Seorang pelajar yang baikpun seharusnya tidak memiliki sifat sombong karena kesombongan akan membuat kita merasa lebih dibandingkan orang lain, dan menyebabkan kita berpaling dari pelajaran yang seharusnya terus kita pelajari. “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”

Sadarilah dunia dan diri kita terus berubah.
Perubahan di dunia ini berjalan konstan, ajeg, stabil atau terus menerus. Karena itu, barang siapa yang tidak mau dan tidak mampu tuk mengikuti perubahan, maka bersiap-siaplah tuk terlindas perubahan tersebut. Penemuan-penemuan baru, metode-metode baru, strategi-strategi baru, alat-alat baru, teori-teori baru, sumber daya manusia baru, dll, intinya, semua hal di dunia ini terus berkembang, bukan hanya sekedar berubah. Apabila tidak disikapi dengan baik, orang-orang yang bertahan dengan dirinya dan masa lampaunya akan tertinggal dibelakang. Begitu pula peran kita dalam menyikapi perubahan sosial budaya dan lingkungan sekitar kita.

Sadarilah bahwa hasil dari pembelajaran adalah perubahan.
Inti dari belajar adalah adanya perubahan. Kita baru benar-benar dikatakan telah belajar jika telah menghasilkan perubahan dalam diri kita. Seseorang yang dari hari kehari berada dalam kondisi yang sama saja layaknya orang yang tidak pernah belajar. Kita seharusnya belajar, dengan perubahan status yang kita miliki, dari seorang single menjadi berpasangan, seharusnya melahirkan perubahan bersikap dalam diri kita. Setelah mengikuti pelatihan, seharusnya ada kinerja yang berubah, dan ada keterampilan yang bertambah. Setelah tertempa ujian kehidupan, seharusnya ada kedekatan religi yang meningkat. Dan seterusnya. Pembelajar sejati menjadikan perubahan ini bersifat positif, permanen dan berkelanjutan. Kita bisa mengevaluasi apakah kita benar-benar telah belajar atau belum dari mengevaluasi seberapa besar perubahan yang ada dalam diri kita.

Sadarilah proses pembelajaran terbaik adalah sebelum praktik.
Terkadang karena minimnya persiapan kita, proses pembelajaran terjadi ketika kita sedang berproses. Seperti baru belajar mengenai menyetir mobil padahal sudah punya mobil, belajar mengenai hak-kewajiban suami-istri padahal sudah menikah, belajar mengenai kesehatan anak setelah sang anak lahir, dan lain sebagainya. Padahal tempat terbaik belajar adalah sebelum kita terjun langsung dalam suatu aktivitas. “Keutamaan Ilmu Sebelum Iman dan Amal”.

Sadarilah dunia ini hanya tempat belajar, ujian, dan amalan; dan sesungguhnya akhirat adalah tempat kembali kita.
Sesungguhnya orientasi kehidupan kita sudah seharusnya ditujukan pada tempat kembali kita kelak. Segala pembelajaran, segala pencapaian, dan segala hal yang kita dapatkan seharusnya memuat nilai yang berorientasi kepada hari akhirat. Karena kita takkan selamanya berada di dunia ini, dan sesungguhnya segala yang kan kita dapatkan di sini kan kita tinggalkan.

“Dan pembelajar yang paling cerdas adalah pembelajar yang mempersiapakan segalanya untuk hari akhirnya”. [rT]

REFLEKSI KESALAHAN TERTINGGI

REFLEKSI KESALAHAN TERTINGGI
oleh Rahmah Purwahida
NIM. 09706251019
LT – A
PROGRAM PASCA SARJANA UNY


Setinggi-tinggi kesalahan adalah ”bertentangan”. Sebab itulah permulaan kesedihan dan kesengsaraan padahal ada kebahagiaan yang selalu diharapkan.


Ada samudera di dunia tetapi tidak semua manusia bisa berenang adalah bertentangan!

Aku tidak ingin menyalahkan siapa pun. Karena ku tak pandai berenang hingga sekali-kali ku tenggelam dalam hidupku lalu seseorang menyelamatkanku. Kejadian tenggelam dalam samudera kehidupan dan diselamatkan seseorang terjadi berkali-kali. Sebagian besar hal itu terjadi karena kesalahanku sendiri dalam memandang dan menikmati hidupku. Kini, ombak telah berlalu dan ku harus segera membenahi puing-puing yang berserakan di hadapanku. Kan ku bereskan semuanya, setahap demi setahap, sedetik lalu, sejam lalu, sehari lalu, sebulan lalu, setahun lalu dan seterusnya, dengan sisa tenaga dan semangat yang nyaris lenyap dihempas ombak. Ku ingin pandai berenang.

Sebab...

Hidup adalah samudera. Banyak hal timbul tenggelam, dan ku harus pandai berenang mengarunginya. Selayaknya hal-hal itu aku juga akan timbul tenggelam.


Ada hari yang cerah ada pula hari yang murung adalah bertentangan!

Hari yang cerah adalah hari saat semua rencanaku berjalan lancar
Hari yang cerah adalah saat tak ada yang memuji ku sama sekali
Hari yang cerah adalah saat semua bertanya tentang aku, kamu, dia, mereka
Hari yang cerah adalah saat aku bisa berjalan tanpa kewajiban

Hari yang cerah adalah saat aku bisa jomblo
Hari yang cerah adalah saat aku gajian hohoho
Hari yang cerah adalah saat aku bercerita dengan laptopku
Hari yang cerah adalah saat makan, minum, tidur enak

Hari yang cerah adalah saat aku bisa membantu orang lain
Hari yang cerah adalah saat aku bisa mengeluh
Hari yang cerah adalah saat pikiran dan perasaanku menyatu di tempat tubuhku berada
Hari yang cerah adalah tak ada pertentangan
Namun...

Hari yang murung adalah hari saat semua rencanaku gagal
Hari yang murung adalah saat semua memujiku dan ku terbuai
Hari yang murung adalah saat semua lupa bertanya tentang aku, kamu, dia, mereka
Hari yang murung adalah saat aku berjalan dibuntuti kewajiban

Hari yang murung adalah saat aku tidak lagi jomblo
Hari yang murung adalah saat gaji ditunggak
Hari yang murung adalah saat aku laptopku rusak
Hari yang murung adalah saat makan, minum, tidur enak

Hari yang murung adalah saat aku tidak bisa membantu orang lain
Hari yang murung adalah saat aku selalu mengeluh
Hari yang murung adalah saat pikiran dan perasaanku terpisah dari tempat tubuhku berada
Hari yang cerah adalah ada pertentangan


Kerendahan hati dan keangkuhan adalah bertentangan!

Rendah hati adalah kunci kesuksesan
Rendah hati adalah penghormatan pada nurani
Rendah hati adalah perwujudan kehidupan damai
Rendah hati adalah bagian kecerdasan
Rendah hati adalah kebaikan sepanjang jalan
Rendah hati adalah jalan menuju surga
Rendah hati adalah sahabat cinta kasih

Angkuh adalah kunci kehancuran
Angkuh adalah penindasan terhadap nurani
Angkuh adalah penjajahan kehidupan damai
Angkuh adalah bagian kebodohan
Angkuh adalah nisbih berkepanjangan
Angkuh adalah jalan pintas menuju neraka
Angkuh adalah musuh cinta kasih


Oh mungkinku perlu belajar lebih giat lagi untuk mengerti arti bertentangan yang sesungguhnya juga berarti berbagi dan melengkapi. Benarkah??? [rT]

NIAT: BERSATUNYA AWAL DAN AKHIR

NIAT: BERSATUNYA AWAL DAN AKHIR

oleh Rahmah Purwahida

NIM. 09706251019

LT – A

PROGRAM PASCA SARJANA UNY

KEKASIH kian bimbang menghadapi tahun baru, sebab ada banyak hal yang harus diakhiri dan diawali. Jika tidak ia gagal mendapatkan HATI sebagai pendampingnya. Berkata ia dalam hati ”Mengapa awal dan akhir seolah datang dan pergi silih berganti, kapan kah mereka datang diwaktu yang sama dan bersatu sehingga tak menghancurkanku?”

HATI tersenyum iba mendapati kekasihnya cemas dan murung. Dihampirinya KEKASIH, dan berkata: ”Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang hendak dinikahinya, maka ia akan mendapati apa yang ia inginkan.''

KEKASIH terhentak dari lamunannya mendengar perkataan HATI. Sadarlah ia bahwa ada NIAT sebagai pendorong kehendak manusia untuk mewujudkan suatu tujuan. Seorang mukmin yang baik, pendorongnya hendaklah mementingkan apa yang ada di sisi Allah SWT daripada yang ada di sisi manusia. Ia menjadikan niat, perkataan, dan amalnya hanya untuk Allah semata. Maka KEKASIH makin yakin ia akan bisa menyatukan awal dan akhir. Berubahlah mimik wajah sang KEKASIH, terpancar kebahagiaan segera.

HATI pun gembira melihat perubahan aura wajah Sang KEKASIH, ditambahnya perkataannya: ”Sesungguhnya aku tau tidaklah mudah menyatukan awal dan akhir tetapi aku yakin engkau akan bisa KEKASIH-ku”.

KEKASIH bersemangat dan bertanya: ”Cara apa yang harus ku tempuh untuk menyatukan awal dan akhir HATI-ku?”

HATI tersenyum dan berkata: ”Sesungguhnya kita setiap hari minimal 17 kali membaca kalimat-Nya yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbarui niat kita KEKASIH-ku.”

KEKASIH tersenyum lebar karena ia ingat kerap 17 kali dalam sehari telah ia lakukan dan ia yakin setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan: jika ia berniat karena Allah dan untuk negeri akherat dalam amalan menjalankan syariat, maka ia akan mendapatkannya. Namun, jika ia berniat untuk dunia, maka kadang dapat dan terkadang tidak dapat.

KEKASIH DAN HATI saling memandang lalu bersepakat akan MENDEKAP NIAT yang MENYATUKAN AWAL DAN AKHIR yang juga akan menyatukan mereka berdua menjadi KEKASIH HATI. [rT]